Monday, June 7, 2010

Kelahiran Islam di bumi Gaza

Kelahiran saudara baru iaitu Peter Veana, 63 tahun, berasal dari the Isle of Wight, Inggeris, adalah alumnus konvoi kemanusiaan Viva Palestina yang telah selamat masuk ke Gaza bulan Januari 2010 lalu, dan kini mengikut lagi dalam konvoi “Armada Kemerdekaan” menuju Gaza.

Peter mengucapkan Syahadat Ahad malam (23/5) di depan markas IHH (Insani Yardim Vakfi) sesudah mengikut solat maghrib berjamaah di Masjid Sultan Muhammad Al-Fatif. Karena itu, beberapa orang yang hadir langsung mengusulkan untuk memberi nama Islam kepadanya, Muhammad Fatih.

Pengucapan syahadat Peter dibimbing oleh Adnan, sahabatnya asal Pakistan yang bersama-sama dengannya saat ikut Konvoi Viva Palestina awal tahun ini. “Banyak rakan serombongan yang mengajak saya masuk Islam, tetapi Adnan yang paling bersungguh-sungguh,” kata Peter kepada Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com.

Banyak penjelasan tentang Isam yang beliau perolehi dari Adnan ketika menunggu kemasukan dari pemerintah Mesir dan Israel. Banyak yang telah beliau pelajari.

Pengucapan syahadah Peter di depan markas IHH disaksikan oleh Fahmi Bulent Yildirim yang bersama, di depan Peter dan kawan-kawan yang lain. Kerana saat itu kerumunan peserta kafilah semakin ramai, maka acara spontan menyambut Peter memeluk Islam menjadi semakin meriah.

Gemuruh teriakan takbir berkali-kali menyemarakkan jalan di depan markas IHH. Bendera-bendera Palestin dan Turki ikut menyaksikan. Seorang staf IHH berkeliling membawa juadah berisi camilan manis khas Turki, sambil mengumumkan keISLAMan Peter.

Ketika ditanya kenapa perlu 4 bulan untuk meyakinkannya agar mengucap kalimat syahadah, Peter menjawab, “Sejak tiba di Gaza saya mengalami pendalaman-pendalaman pemikiran yang sangat cepat.”

“Bahkan,” lanjutnya, “saya sudah sering ikut berwudu dan mengerjakan solat bersama kawan-kawan Muslim saya.”

Menurut Peter (Muhammad Fatih), sejak berkenalan serius dengan Islam dalam konvoi ke Gaza 4 bulan yang lalu, pancainderanya seperti semakin sensitif merasakan perubahan-perubahan zaman. “Ketika ini segala aspek kehidupan di Barat, dari mana saya berasal, sedang menuju kerosakan dan kehancuran. Lihat saja bagaimana Barat mendiamkan pembantaian terhadap Gaza,” jelasnya Fatih. “Sedangkan Islam, di mata saya semakin terlihat keindahannya di segala aspek kehidupan.”

Fatih bukan cuma berpikir dan berkata. Selama sebulan terakhir ia berkeliling di the Isle of Wight, menyampaikan kepada penduduk kota tempat tinggalnya itu, memutar film, berceramah, menyebar brosur dan mengumpulkan dana sebesar 20 ribu poundsterling untuk dibelikan semen ke Gaza.

Keesokan siangnya, sesudah ia bersyahadah, dan sesudah semalam suntuk di dalam bis dari Istanbul ke Antalya, Sahabat Al-Aqsha & Hidayatullah.com bertanya kepada Fatih, bagaimana rasanya bangun tadi pagi sebagai seorang Muslim? “Saya merasa sedang berjalan semakin dekat kepada Allah, kepada kebenaran. Semua sekarang terlihat jelas…”
Lalu seorang peserta kafilah dari Malaysia mendatangi Peter, memeluknya, seraya berkata, “Peter, kamu sekarang lebih mulia dari kami, karena kami berlumuran dosa, sedangkan kamu bersih seperti bayi… Selamat, dan jangan lupa doakan kami.” [Laporan Dzikrullah, Santi Soekanto, Surya Fachrizal/hidayatullah.com]

Peter Veana (melihat ke arah kamera) kini Muhammad Fatih, beberapa saat sesudah bersyahadat di depan Markas IHH.

No comments: